Anda mungkin tidak asing dengan yang namanya dodol. Oleh-oleh khas Garut ini biasa jadi buah tangan bagi wisatawan yang berkunjung ke Jawa Barat. Namun bila Anda bosan dengan dodol yang biasa, kini Anda bisa mencoba Chocodot. Berbeda dengan dodol biasanya, Chocodot menjadikan dodol sebagai isian coklat.
"Idenya berawal dari Kiki Gumelar, sang owner Tama Chocolate, yang ingin menyajikan cokelat yang tidak biasa, dengan eksperimennya mencampur dodol yang dibalut dengan cokelat di Juli 2009. Jadilah namanya Chocodot yang berarti Chocolate with Dodol Inside. Biar nuansa sundanya tidak hilang dipakailah nama Chocodot," tutur Adi Supriadi, salah satu pegawai Tama Chocolate.
Agar tidak terkesan monoton, isian Chocodot pun tidak melulu dodol. "Ada juga yang isinya campur dengan keju, susu dan buah. Tapi tetap ada dodolnya juga," imbuh Adi.
Sepintas, penampilan Chocodot tidak berbeda dengan cokelat batangan pada umumnya. Dibungkus alumunium foil dan disimpan pada kemasannya. "Ini strategi sebenarnya. Kalau orang melihat dodol kan sudah biasa. Beda dengan kalau dikemas seperti ini, orang bisa lebih tertarik dan bertanya, apa yang dikemas di dalamnya," tutur Adi.
Aapresiasi masyarakat terhadap Chocodot cukup baik. "Pemasaran memang baru dilakukan di Garut saja. Namun yang pesan sudah sampai Bandung, Jakarta, bahkan Sumatera Selatan dan Manado juga banyak yang pesan," ujar Adi.
Untuk menjajal oleh-oleh ini, harga yang dipatok cukup bersahabat di kantong. Ukuran batangan yang paling kecil bisa anda dapatkan dengan Rp 5 ribu saja. Sementara batangan besar dan cokelat dalam besek dibanderol Rp 10 ribu.
"Idenya berawal dari Kiki Gumelar, sang owner Tama Chocolate, yang ingin menyajikan cokelat yang tidak biasa, dengan eksperimennya mencampur dodol yang dibalut dengan cokelat di Juli 2009. Jadilah namanya Chocodot yang berarti Chocolate with Dodol Inside. Biar nuansa sundanya tidak hilang dipakailah nama Chocodot," tutur Adi Supriadi, salah satu pegawai Tama Chocolate.
Agar tidak terkesan monoton, isian Chocodot pun tidak melulu dodol. "Ada juga yang isinya campur dengan keju, susu dan buah. Tapi tetap ada dodolnya juga," imbuh Adi.
Sepintas, penampilan Chocodot tidak berbeda dengan cokelat batangan pada umumnya. Dibungkus alumunium foil dan disimpan pada kemasannya. "Ini strategi sebenarnya. Kalau orang melihat dodol kan sudah biasa. Beda dengan kalau dikemas seperti ini, orang bisa lebih tertarik dan bertanya, apa yang dikemas di dalamnya," tutur Adi.
Aapresiasi masyarakat terhadap Chocodot cukup baik. "Pemasaran memang baru dilakukan di Garut saja. Namun yang pesan sudah sampai Bandung, Jakarta, bahkan Sumatera Selatan dan Manado juga banyak yang pesan," ujar Adi.
Untuk menjajal oleh-oleh ini, harga yang dipatok cukup bersahabat di kantong. Ukuran batangan yang paling kecil bisa anda dapatkan dengan Rp 5 ribu saja. Sementara batangan besar dan cokelat dalam besek dibanderol Rp 10 ribu.
kunjungi juga: http://www.saungcokelat.com
Post a Comment
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan.