kabar-priangan.com - Persigar sedang fokus mempersiapkan diri
menghadapi Kompetisi PSSI Divisi I atau Divisi II Liga Indonesia 2013/2014, dan Pra Pekan Olah Raga Daerah (Porda) Jawa Barat di Bekasi pada 2014. Keterbatasan dana masih menjadi kendala klasik dalam upaya
mencapai target prestasi.
SAI Pekan Olah Raga Kabupaten (Porkab) Garut pada November 2012, tim pelatih dan pemandu bakat Persatuan Sepak Bola Indonesia Garut (Persigar) yang telah dibentuk sebelumnya langsung tancap gas. Mereka mengumpulkan para pemain dari 42 kecamatan di kabupaten tersebut. Hasilnya, lebih dari 60 pemain usia 21 atau kelahir-an 1993 terjaring untuk diseleksi.
Lebih dari sebulan proses seleksi berjalan dengan ketat dibawah asuhan Pelatih Kepala Persigar, H. Agus Kurnia. Selanjutnya pada tahap pertama dari jumlah itu diciutkan menjadi 32 pemain. Dari jumlah tersebut, sejak awal Februari lalu kembali diseleksi dan kini tinggal 27 pemain. “Jumlah ini akan diciutkan kembali menjadi sekitar 20 atau 23 pemain sesuai dengan kebutuhan,” kata Agus didampingi Asisten Pelatih, Oded Suryana, dan Adnan Mahing, Sabtu (6/4).
Selama ini para pemain menjalani program latihan yang dipusatkan di Lapangan Ibrahim Adjie di Kecamatan Cikajang, dan Stadion Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul. Latihan digelar dua kali seminggu setiap rabu dan jumat. Karena keterbatasan dana, pemain tidak ditempatkan dalam satu mess. Mereka datang ke lokasi latihan berangkat dari tempat tinggal masing-masing dengan dibekali biaya transportasi secukupnya.
Tim pelatih Persigar, kata Agus, hingga saat ini belum berani menentukan komposisi atau pemain inti. Selain kemampuan pemain dianggap merata, jadwal kompetisi pun belum pasti. “Kami masih mempertahankan para pemain sebanyak 27 orang, belum waktunya untuk menentukan komposisi utuh pemain. Masih banyak aspek yang harus dipertimbangkan,” kata pelatih bersertifikat C nasional itu.
Dalam pandangan tim pelatih, kualitas para pemain saat ini bagus dan mera-ta. Dengan program latihan jangka panjang yang hingga sekarang terus dilakukan, tim pelatih melihat ada perkem- bangan yang ditunjukkan pemain. “Terutama dalam kaitannya dengan kekompakan tim dan adaptasi antarpemain,” kata Oded, mantan Pemain Persib Ban-dung dan PSGC Ciamis itu.
Tak hanya itu. Keharmonisan pemain dengan pemain, begitu juga pemain de-ngan tim pelatih dan pengurus, semakin akrab dan penuh kekeluargaan. “Modal utama untuk membangun tim yang solid yakni kekompakan dan keharmonisan, semua lini harus ada di dalamnya,” kata Oded yang juga adik kandung mantan pemain Persib, Uut Kuswendi itu.
Kendati secara teknik dan mental su-dah siap, hingga sekarang Persigar belum diketahui dan ditentukan akan bermain di level mana, apakah di Divisi I atau II. Namun, kata Wakil Manajer Persigar, H. Oyon Supeyan, mau di mana pun bertan-ding, Persigar sudah siap. “Biasanya untuk Divisi I menggunakan usia 23 atau senior, Divisi II berusia 21, dan untuk Pra Porda usia 20 atau kelahiran 1993,” ujar Oyon.
Oyon menyebut, harapan Ketua Persigar H. Dedi Suryadi adalah “Laskar Domba Garut” bermain di Divisi I. “Kalau itu terjadi berarti tim ini akan ditambah dengan pemain senior yang telah ada. Pokoknya kami siap mau main di divisi mana saja,” kata pengurus Persigar pa-ling senior ini.
Tetapi ketentuan itu menunggu statuta PSSI Pengda Jawa Barat, yang tentu-nya pula menunggu keputusan statuta PSSI Pusat. “Sekarang kan Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI sudah selesai, kami menunggu hasilnya ke daerah,” ujar Oyon.
Agus menambahkan, masalah pemain senior “stoknya” saat ini masih tersedia. Jadi, jika Persigar harus berada di Divisi I, para pemain itu bakal dipanggil dan dikumpulkan. “Mau tak mau kalau di Divisi I tentunya harus usia 23, tetapi kami pun siap karena memiliki stok pemain. Tinggal panggil saja mereka,” tandas Agus.
Pemain lokal
Selama ini, pihak Persigar masih meng-utamakan para pemain asli Garut dalam skuad utama. Pihaknya belum terpikirkan untuk menggunakan pemain “asing” atau dari luar daerah.
Memang, selama ini banyak pemain dari luar yang ingin bergabung dengan tim kebanggaan kota dodol ini. Begitu pula para pemain Persigar sudah banyak yang dilamar untuk bermain di luar. “Kami pun bingung dari luar banyak yang ingin bergabung. Namun kami belum berani membuka pintu atau menentukan sikap karena keputusan itu harus melalui ketetapan bersama jajaran pengurus,” kata Agus dibenarkan Sekretaris Persi-gar, H. Omas Maskawan.
Sementara itu, Ketua Umum Persigar Drs. H. Dedi Suryadi, BE, MSi, mengatakan, pihaknya tentu berupaya mencapai hasil yang lebih baik dibandingkan musim kompetisi sebelumnya. Dari segi persiapan, komposisi pemain musim kompetisi sekarang ada kemajuan. Sebanyak 27 pemain merupakan pemain terbaik yang lahir dari ajang Porkab Garut 2012. “Kami memberikan porsi yang besar untuk pemain lokal. Kalau pun merekrut pemain dari luar Garut, tentu kualitasnya haruslah sangat bagus. Tugas tim pelatih untuk memantau pemain-pemain yang akan direkrut,” ucapnya.
Program latihan yang tengah dijalani para pemain ini, kata Dedi, menandakan kesiagaan Persigar menjelang kompetisi. “Waktu yang tersisa sebelum kompetisi dimulai, dioptimalkan dengan program latihan,” ucap Dedi.
Oyon mengakui, sejauh ini Persigar belum melakukan uji tanding karena tim pelatih masih mempertimbangkan waktu yang tepat. “Harus dipikirkan pula kelas dan karakter lawan yang akan dijadikan partner uji tanding. Uji coba pasti ada, tapi siapa yang akan dihadapi tentunya perlu dibicarakan,” katanya. (Dindin Herdiana/”KP”)***
Ingin Mengulang Era Keemasan
TAK dimungkiri, hingga sekarang pemain dari Kabupaten Garut selalu menjadi incaran klub luar. Mulai era pemain 1960-an, berlanjut ke era 1980-an semisal Adeng Hudaya, Uut Kuswendi yang bermain di Tim Na-sional dan Persib Bandung, atau pemain sekarang era Zaenal Arief, Jo-han Juansyah, Rudi Geovani, dan lainnya.
Bagi pelaku sejarah sepak bola di Garut, hal itu wajar-wajar saja. Pada 1960-an prestasi sepak bola Garut atau Persigar sempat mengharumkan Jawa Barat. Kala itu, Persigar tinggal satu langkah lagi masuk ke Divisi Utama Perserikatan Nasional. Sa-yangnya dewi fortuna belum berpihak ke kabupaten yang kini masuk kategori daerah tertinggal tersebut.
Menurut Sekretaris Persigar, H. Omas Maskawan, pada 1968 Persi-gar yang diperkuat oleh Dadeng Sukardi, Anton, Syamsi, Toto Rach-mat, Dindin, Masdar, dan lainnya, dikalahkan PSP Padang dengan skor tipis 1-2. “Saat itu kami gagal ke Di-visi Utama. Dulu kan yang bergulir Perserikatan, Persigar sangat ditakuti tim lain,” ujar Omas, mengenang.
Prestasi serupa nyaris dialami Per-sigar tahun 2002 saat Garut di pim-pin oleh bupati kharismatik, H. Dede Satibi. Data yang dihimpun “KP”, pada tahun itu Persigar dilatih (Alm.) Dede Irawan. Mereka diperkuat oleh Agus Kurnia (Pelatih Persigar saat ini), Edi Hafid Murtado (kini pemain Pelita Bandung Raya), dan beberapa pemain lainnya.
Pelatih Persigar, Agus Kurnia me-nambahkan, pada babak penyisihan pun Persigar sempat mengalahkan tim Persibo Bojonegoro yang kini masuk Liga Primer Indonesia (IPL), lalu Persiba Bantul, dan PS Madiun yang kini masuk Divisi Utama. “Namun kami gagal di Binjai, Sumatra. Kami gagal karena masalah teknis. Persaingannya tak hanya di lapang-an melainkan di luar lapangan pula,” tutur Agus.
Prestasi Persigar lainya yakni menjuarai Piala Suratin Jawa Barat tahun 1990-an saat dibintangi Zaenal Arif. Selanjutnya Juara Piala Suratin 1998. Pada tahun yang sama Persigar Se-nior lolos promosi ke Divisi I.
Kini, era keemasan tersebut ingin terulang kembali. Bagi Agus sendiri Persigar sudah mendarah daging. Pemain inti Persigar pada 1968, Dadeng Kurnadi (Alm.) adalah ayah kandungnya. Hal ini diikuti oleh dirinya yang memperkuat Persigar pada 2002. Saat ini generasi Persigar diteruskan oleh putra ketiganya. (Dindin Herdiana/”KP”)***
Lapangan Butut, Perhatian Pemkab Kurang
SEMANGAT bertanding para pemain Persigar saat ini tak diragukan lagi, begitu pun dengan tim pelatih dan para pengurusnya. Terlebih dengan kegigih-an salah seorang tokoh sepak bola Garut yang juga mantan anggota DPRD Garut, H. Dedi Suryadi.
Menurut sejumlah tokoh sepak bola Garut, hal yang menjadi kelemahan da-lam upaya memajukan olah raga di ko-ta dodol ini yakni minimnya sarana olah raga. Dulu Persigar bersinar karena Stadion Jayaraga yang menjadi home base-nya bagus dan terurus.
Kendati sarana Lapangan Jayaraga dan Lapangan Cikajang butut, sema-ngat para pemain tetap tinggi. Hal ini disampaikan Pelatih Persigar, Agus Kurnia. “Semangat mereka tak diragu-kan lagi. Tolonglah pikirkan bagaimana agar lapangan sepak bola di Garut ba-gus. Titik,” kata Agus.
Agus mengatakan, justru kendala selama ini ada di birokrasi. Sebab itulah saluran birokrasi ini perlu diperbaiki terutama dalam hal sarana seperti lapangan. “Dengan kondisi lapangan se-perti ini, Persigar tak bisa mengajukan diri sebagai tuan rumah kompetisi ka-rena tak memenuhi syarat,” ujar Agus.
Sementara itu, Ketua KONI Kabupa-ten Garut, H. Ato Hermanto, memberi-kan apresiasi dan bangga dengan keberadaan Persigar saat ini. Ato yang kini ditunjuk menjadi caretaker Ketua Pengcab PSSI Garut, mengaku belum bisa melanghkah lebih jauh tentang Pengcab PSSI Garut. Pasalnya, ia juga masih menunggu hasil penjabaran dari Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang berakhir Maret lalu. “Kalau aturan atau statuta itu sudah turun tentu kami akan segera melaksanakan muscab PSSI Garut,” ucap Ato, Sabtu (6/4)
Manajemen lemah
Ditemui terpisah, Sekretaris Persigar H. Omas Maskawan, menyebutkan kendala yang selama ini dirasakan terjadi dalam persepakbolaan di Garut atau Persigar yakni lemahnya manajemen. “Mau maju bagaimana sepak bola Garut kalau induknya juga yakni peng-urus PSSI-nya tidak ada. Makanya, benahi dulu induknya baru nanti beberes ke bawah,” kata Omas.
Selain itu, orang-orang yang berada dalam kepengurusan Pengcab PSSI Ga-rut dan Persigar pun harus “gila” bola. “Artinya, orang yang mengerti sepak bola dan peduli kemajuan sepak bola Garut,” tutur Omas. (Dindin Herdia-na/”KP”)***
Post a Comment
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan.