Warga Kesulitan Dapat Sembako

GARUT, TRIBUN - Hujan deras yang terus turun di kawasan selatan Kabupaten Garut menyebabkan Jalan Raya Cisewu-Talegong, tepatnya di Kampung Gunungbatu, Desa Girimukti, Kecamatan Cisewu, terus terkikis longsor sampai sepanjang 300 meter, Selasa (24/12).

Camat Cisewu, Caca Rifai, mengatakan sebelumnya pada Rabu (18/12), badan jalan yang terkikis Sungai Cikawung hanya sepanjang 100 meter, termasuk badan jalan yang mengalami retak. Namun, akibat longsor susulan yang terjadi beberapa kali, 300 meter jalan tersebut rusak berat karena terkikis longsor.

Caca mengatakan putusnya jalan tersebut menyebabkan aktivitas ekonomi warga terhambat. Dengan putusnya sarana transportasi ini, warga selatan Kabupaten Garut, khususnya warga Kecamatan Cisewu, Caringin, Mekarmukti, dan Bungbulang, tidak bisa menjual hasil pertaniannya ke Bandung.

"Warga harus mengambil jalur memutar lewat Bungbulang kemudian ke Garutkota sebelum ke Bandung untuk menjual hasil panennya. Ada yang menempuh jalan rusak lewat Ciwidey, memutar 40 kilometer. Hal yang sama warga lakukan untuk mendapat pasokan sembako dan kebutuhan hidup lainnya," kata Caca, Selasa (24/12).

Menurut Caca, akibat terputusnya jalan ini, warga membeli kebutuhan pokok ke Garutkota. Padahal sebelumnya, warga empat kecamatan di selatan Kabupaten Garut ini rutin membeli berbagai kebutuhan hidup di Bandung karena jarak tempuh yang jauh lebih dekat daripada ke Garutkota.

Sejumlah warga pengguna kendaraan roda dua dan pejalan kaki, tuturnya, melintasi jalur tersebut dengan cara menaiki tebing di pinggir jalan yang ambrol. Namun, hal ini sangat membahayakan warga karena warga berjalan di bahu tebing yang longsor.

Kendaraan roda dua digotong warga untuk menaiki dan melewati tebing, Saat hujan turun, tuturnya, warga dilarang melalui bahu tebing tersebut. Retakan pun telah terlihat di tebing ini dan bisa longsor kapanpun. Sedangkan, kendaraan roda empat kembali berbalik arah saat menemui jalan buntu di tiitk longsor.

Akibat longsor yang kian meluas, 14 keluarga penghuni 9 rumah yang terancam dan 4 rumah yang ambruk karena longsor tersebut mengungsi. Pemerintah, tuturnya, tidak memiliki tempat untuk mendirikan tenda darurat. Karenanya, warga mengungsi di rumah tetangga dan saudaranya.

Empat rumah ambruk di sekitar Jalan Raya Talegong-Cisewu Kilometer 63+875 yang terkikis longsor ini di antaranya rumah milik Asep (40), Eti (33), dan Mansur (70), dan Kokom (35).

Kadis Binamarga Kabupaten Garut, Adeng Sudjarmono, mengatakan sebelumnya pada Sabtu (14/12), Jalan Raya Talegong-Cisewu Kilometer 63+875 ini sama sekali tidak bisa dilalui kendaraan apapun. Tidak ada jalan alternatif di sekitar jalan penghubung antara Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Garut tersebut, kecuali jalan perkebunan tanpa aspal lewat Sumadra, Kecamatan Pamulihan, dan jalan perkebunan lainnya.

"Kami tidak menyarankan warga mengambil jalur alternatif karena kondisi jalannya sangat buruk, berbahaya. Dari Bandung menuju Cisewu atau Caringin, lebih baik memutar ke Garutkota kemudian ambil jalur Bungbulang. Begitu juga sebaliknya," kata Adeng.

Rencananya, kata Adeng, Dinas Binamarga Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Garut akan merelokasi jalan tersebut dengan membelokkannya ke samping jalan yang ambles. Karenanya, sebanyak 8 rumah warga akan direlokasi, termasuk pembebasan lahannya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Dik Dik Hendrajaya, mengatakan Muspika Cisewu, mengumpulkan warga untuk memusyawarahkan pembebasan lahan tersebut. Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah mempersiapkan peralatan dan biaya untuk merelokasi jalan tersebut, termasuk relokasi rumah-rumah warga.

"Petugas dari Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) meninjau ke lokasi sekaligus melakukan penelitian. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini bisa ditemukan lokasi yang dianggap aman untuk merelokasi rumah yang terancam," katanya.