Selain mengeluhkan naiknya kebutuhan pokok, sebagian ibu rumah tangga di Kabupaten Garut pun menjerit dengan meroketnya harga elpiji 3kg.
Iis Suartimah (45) warga Kampung Warung Desa Sukaluyu Kecamatan Sukawening mengaku keberatan dengan naiknya harga elpiji.
“Biasanya harga elpiji 3 kg hanya Rp17.500, kini menjadi Rp18.500,” kata Iis, Kamis (27/11/2014).
Aay (40) di Desa Kesamanah mengaku bahwa harga elpiji di lingkungannya mencapai Rp20 ribu.
“Sudah harganya mahal, sulit pula,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua LSM Lagam Yudi Setia Kurniawan mengindikasikan ada ‘permainan’ di SPBE, agen hingga pangkalan elpiji. Terlebih dengan alasan kenaikan BBM. Hasilnya, elpiji 3 kg susah didapat dan menyulitkan masyarakat.
“Kami curiga ada permainan antara pihak pengusaha dengan birokrat. Dari ‘bisnis terselubung’ tersebut tentu saja mengorbankan masyarakat golongan ekonomi mengenah ke bawah,” tegasnya.
Pihaknya pun meminta aparat penegak hukum dan Pemda untuk mengawasi pendistribusian elpiji bersubsidi.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Garut Eko Julianto mengklaim bahwa pendistribusian elpiji 3 kg lancar dan aman.
“ Kami telah memantau pendistribusiannya aman dan terkendali. Terkait adanya kenaikan dalam skala kecil itu wajar. Mungkin saja untuk mengganti biaya angkut,” kilah Eko.
Post a Comment
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan.