Garut berkalung sanjungan “Dayeuh Pangirutan”! Pesona wajah dan magnetis kota Garut tempo doeloe itu, akan senantiasa abadi dalam cerita kebanggaan warganya.
Bahkan dalam skala nasional, kemasyhuran Garut kian bergengsi dengan
gelar “Kota Intan”. Simbol pengakuan kekaguman Presiden pertama RI (alm)
Soekarno, untuk keberadaan Garut sebagai Kota Terbersih dan Terindah
pertama se–Indonesa, tahun 1962. Bukan main…!
Tetapi di balik kebanggaan itu, kalangan orangtua dulu selalu saja menyebut, bahwa “Garut kari urut” (Garut tinggal bekas). Mungkin benar, karena martabat legendaris “Dayeuh Pangirutan” atau “kota penuh daya pikat”, sudah memudar.
Upaya menggosok kembali citra “Kota Intan” pun, sejak lama jadi
obsesi yang menggelisahkan pemkab setempat. Beralasan, jika sukses
kepemimpinan para bupati di daerah ini, selalu dipersaingkan dengan
kemampuannya mewujudkan fenomena citra terpuji Garut.
Kota ini berusaha menuturi tuntutan perkembangan zaman. Tak mau
dituding sebagai kota tua, yang tertinggal. Wajah kota pun ditata.
Sejumlah bangunan klasik tersapu. Deretan pohon rindang ditebang. Semua
dijadikan tumbal untuk pembangunan.
Pohon peneduh terkikis. Beberapa batang yang masih tersisa, tampak di
Jalan Kiansantang. Di sebelah utara Alun-alun Garut, berderet di Jl.
Melati (Pramuka), sampai batas bangunan kuno.
Itu rumah bekas kediaman dr Remreft di zaman Belanda. Lalu jadi saksi
bisu masa revolusi kemerdekaan RI, ketika difungsikan sebagai markas
pasukan gerilya pimpinan (alm) Aang Kunaefi. Salah seorang mantan
Gubernur Jawa Barat, sebelum bertugas jadi Duta Besar.
Dalam kondisi kekinian, rumah kuno yang berlokasi di seberang Kantor
PLN Cabang Garut itu, berganti rupa jadi Kantor Kecamatan Garut Kota.
Sayang, keindahan arsitektur klasik bangunan berharga sejarah itu,
belakangan harus terhalang ruangan pos jaga.
Berbeda dengan halaman dan bangunan TK “Kartika” Jl Siliwangi, yang
keutuhannya masih terpelihara. “Semuanya masih seperti dulu! Bukan hanya
luarnya saja, pintu dan jendela serta ruangan dalam pun masih terjaga
keasliannya. Tidak ada yang dirombak!” ungkap Kepala TK “Kartika”
XIX-25, Ny Neni Nurliana MPd, sambil tersenyum bangga.
Sejak enam tahun lalu, kerindangan panjang di utara Jalan Pramuka
hingga ke simpang Jl. Guntur itu sirna. Deretan Mess PTG yang asri pun
digusur. Di sana, dibangun pertokoan modern “IBC (“Intan Bisnis Center”)
berikut areal parkirnya.
Lenyap pula sayap perkotaan Garut dengan bangunan PTG-nya (Pabrik
Tenun Garut). Pabrik tekstil peninggalan PBW (“Preanger Bond Wevery”),
yang melegenda di Jalan Guntur, berganti Mall “Ramayana”.
Pertokoan modern lainnya, “Garut Plaza”, menamatkan cerita “Pasar
Garoet” di sebelah timur Jl Guntur. Di pusat perkotaan, kerindangan
bangunan “Padang Boelan” menjelma Bank Jabar, bersosok gedung megah
bertingkat.
Keteduhan sepanjang Jl Kenari (Veteran) ke arah Stasiun Kereta Api,
menyisakan lokasi stasiun tua, yang berubah fungsi. Keramaian suasana
stasiun kota di hari-hari kemarin, berganti hiruk-pikuk perekonomian
Pasar Gapensa di balik pangunan permanen.
Hamparan Alun-Alun Garut (Lapang “Otto Iskandar Dinata”), masih
berpagar kerindangan dari pepohonan berbatang besar. Meski areal
lapangan itu tak lagi berumput hijau, tapi Garut masih melestarikan
“Babancong”.
Bangunan klasik peninggalan zaman baheula, bermakna lambang pusat
ibukota pemerintah kabupaten. Di kawasan Jawa Barat lainnya, bangunan
antik yang menghadap ke alun-alun itu, habis terkikis gerilya
pembangunan.
Keutuhan Babancong Garut, memang terluka! Dalam kebijakan Bupati
Garut H Taufik Hidayat (1984), bangunan tua itu diremajakan. Ketinggian
tangganya direndahkan 1 meter, agar bisa difungsikan. Terali besi
bersilang, yang semula memagari mulut kolongnya, ditutup tembok.
Bangunan klasik penghias wajah Pendopo itu, hingga kini dijadikan
mimbar upacara kenegaraan. “Babancong” yang pernah menghiasi perangko di
negeri Belanda, seakan menapak makna panggung permanen kecil di tepian
alun-alun, untuk kalangan pejabat tinggi.
Sejak awal tugas Bupati Kab Garut, Drs H Dede Satibi (1999),
“Babancong” dikembalikan menyerupai bentuk semula. Namun dengan
peremajaan wajah kota, ”Babancong” tidak lagi berseberangan dengan
kantor Komres (Komando Resort) Kepolisian 843.
Markas Polres Garut itu berpindah ke Jalan Sudirman, seirama
pelebaran sayap perkotaan. Deretan pertokoan di pusat kota pun, melebur
lokasi pergelaran seni tradisional sandiwara Sunda “Margaluyu” di Jl
Cikuray, depan Kantor Pos & Giro. (Bersambung)
Oleh: Yoyo Dasriyo (Wartawan senior film dan musik, Anggota PWI Garut)
+ komentar + 1 komentar
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
Post a Comment
Kolom komentar tersedia untuk diskusi, berbagi ide dan pengetahuan.